Setelah ponsel menjadi ancaman utama dalam keselamatan berkendara di dunia, teknologi antisinyal dikembangkan oleh peneliti dari Steven Institute of Technology and Rutgers, New Jersey, Amerika Serikat.
Mereka menemukan metode yang dapat menghalangi sinyal ponsel pengendara, namun ponsel penumpang tetap dapat digunakan. Teknologi antisinyal sebelumnya menggunakan GPS yang terdapat pada ponsel, sehingga walaupun pemilik ponsel sedang tidak mengemudi atau berada di dalam bus dan taksi pun, ponsel mereka tidak berfungsi. Sekarang, tim peneliti yang terdiri dari Marco Gruteser, Richard Martin, dan Chen akan mengaplikasikan teknologi bluetooth dan audio ke dalam peranti antisinyal tersebut.
Sistem teranyar ini melibatkan audio kendaraan serta fitur bluetooth yang dimiliki oleh ponsel hingga dapat menciptakan sinyal 'blip' berfrekuensi tinggi yang direkam dan dihitung oleh ponsel tersebut. Aplikasi ini akan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan sinyal untuk mencapai audio kendaraan.
Dengan mengukur jarak ini, algoritma dapat memperkirakan jarak ponsel dari pusat kendaraan. Setelah jarak ponsel ditentukan, maka sistem ini akan mengeksekusi ponsel pengemudi, tapi tidak pada ponsel penumpang.
Akurasi sistem ini tergantung pada tiga hal, yaitu suara angin, percakapan, dan suara bising. Tingkat akurasi sistem ini mencapai 95 persen, tetapi akurasi akan turun hingga 80 persen jika ponsel diletakkan pada pemegang cangkir.