expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>
blogs

Kamis, 08 Desember 2011

Menanti Langkah Kejutan Basel dan APOEL

LIGA Champions musim 2011/2012 sudah menuntaskan fase grup. Ada 16 tim yang bakal kembali bertarung di babak perdelapanfinal untuk menuntaskan hasrat mereka agar bisa tampil di Allianz Arena, di partai puncak kompetisi tertinggi antarklub se-Eropa tersebut. Dalam daftar tersebut, menyembul dua nama tim yang tidak begitu akrab di telinga penggemar turnamen yang dulunya bernama Piala Champions tersebut, yakni FC Basel yang lolos dari Grup C menemani Benfica, serta APOEL Nicosia, yang secara jumawa mampu menjadi juara grup, di atas Zenit St Petersburg di Grup G.
Perjalanan kedua tim tergolong fenomenal dengan jalan mereka sendiri-sendiri. APOEL misalnya, tak punya tradisi mentereng baik di level klub maupun timnas Siprus, mereka secara mengejutkan mampu masuk ke fase grup setelah menekuk Solvan Bratislava di babak kualifikasi. Di babak grup, pemilik GSP Stadium, Nicosia ini tampil mengejutkan kala mampu mengangkangi dua tim yang sebelumnya menjadi unggulan, yakni FC Porto dan Zenit St Petersburg, serta si kuda hitam yang banyak difavoritkan, Shakhtar Donetsk.
Menurut Pelatih APOEL, Ivan Jovanović kunci sukses timnya adalah tak pernah minder dan selalu mengandalkan kolektifitas tinggi. Hasilnya, mereka hanya kalah sekali, itupun pada partai terakhir yang sudah tak penting lagi. Jadi jangan heran, rantai permainan APOEL begitu susah kala di sana ada bek sekelas Paulo Gomes, Marcelo de Oliveira dan Savvas Poursaitidis. Lalu ada lini tengah yang begitu telaten mengintip kelemahan lawan dengan persona Athos Solomou, Helio Pinto, Nuno Morais, Ivan Trickovski, playmaker Gustavo Manduca dan Costas Charalambides. Di lini depan, tampil goal getter efektif, Aílton Almeida, yang seolah tengah mengalami second wind. Mereka juga punya super sub di dada bek Sanel Jahic, Esteban Solari dan Nektarious Alexandrou.
Sedikit berbeda ada di kubu Basel. Klub asal Liga Primer Swiss ini lolos dari Grup C dengan tampil perkasa, setelah menumbangkan finalis tahun lalu, Manchester United di laga pamungkas. Pelatih Basel, Heiko Vogel mengakui, timnya kaget bukan kepalang tatkala berhasil mencatat sejarah manis. “Awalnya saya sudah berpikir untuk bersiap untuk berlaga di Liga Europa. Bukan tanpa alasan, karena MU hanya butuh seri, sementara kami harus menang. Tapi segalanya ternyata bisa berjalan baik, dan saya yakin di fase berikutnya tim akan makin bergairah, karena tim-tim besar akan datang,” tegas Vogel.
Modal Basel untuk berlaga musim ini di Eropa memang cukup mumpuni. Mereka berhasil mengkombinasikan pemain berpengalaman dengan para pemain muda bertalenta tinggi. Di lini depan, ada duet yang sudah banyak makan asam garam di dunia persepakbolaan Erpopa, yakni Alex Frei dan Marco Streller. Sang penyokong tak lain adalah trio punggawa timnas Swiss, yakni si jenius Xherdan Shaqiri, Fabian Frei dan Granit Xhaka. Di lini belakang, nama Aleksandar Dragovic menjadi jaminan bersama David Angel Abraham, plus duo bek sayap lincah, Park Jo0-ho dan Markus Steinhofer.
Kini, publik Eropa dan Dunia akan kembali melihat sepak terjang Basel dan APOEL Nicosia kala bertempur dengan jajaran tim raksasa di benua Biru. APOEL punya kesempatan untuk menjajal AC Milan, Marseille sampai Napoli. Sedangkan Basel harus bersiap untuk bersua satu di antara tujuh jawara grup, yang di sana ada Barcelona, Arsenal, Inter Milan, Real Madrid, Chelsea sampai Bayern Muenchen.  Siapa tahu, meski sulit, langkah mereka bisa mengejutkan yakni mampu menembus final seperti Sampdoria (1991/1992), Marseille (1992/1993), Borussia Dortmund (1996/1997), Valencia (1999/2000), Bayer Leverkusen (2001/2002), FC Porto dan Monaco (2003/2004).

Related Posts :